Sunday, March 31, 2013

Politik Persekongkolan

Persekongkolan biasa terjadi dalam politik guna menjatuhkan lawan politik atau memuarbalikkan fakta sesuatu peristiwa yang berhubungan dengan lawan politik.

Hal ini juga terjadi pada masa Yesus. Para penguasa bersekongkol untuk memutarbalikkan fakta kebangkitan Yesus dari kubur. Faktanya Yesus sudah dibangkitkan dari kubur. Kebangkitan itu disaksikan para perempuan dan murid-murid Yesus.

Fakta ini diputarbalikkan melalui perundingan antara imam-imam kepala, tua-tua dan para serdadu/penjaga yaitu bahwa mayat Yesus dicuri para murid. Tujuannya supaya orang banyak tidak percaya akan Yesus Kristus sebagai Mesias, dan juga para imam kepala dan tua-tua tidak malu kepada publik.

Namun pemutarbalikan fakta itu tidak berhasil menutupi berita kebangkitan Yesus Kristus.

Berikut kisah lengkapnya. "Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.

Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.

Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa."
Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini." (Bdk. Mat 28:8-15)

Yesus Kristus adalah Mesias. Ia diutus ke dunia untuk menyelamatkan banyak orang melalui peristiwa wafat-Nya di salib, kebangkitan-Nya dan naik-Nya ke surga. Semua orang harus akan diselamatkan, termasuk mereka yang bersekongkol melawan-Nya jika percaya akan kebenaran yang diajarkan Yesus Kristus. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, March 30, 2013

Bangkit untuk Berbuat Baik

Umat kristiani di seluruh dunia percaya bahwa Yesus wafat di salib untuk menanggung dosa manusia dan Yesus bangkit untuk memperoleh kemuliaan Allah dengan tubuh mulia.

Bagi umat kristiani pula, kematian Yesus dilihat sebagai kematian terhadap dosa, dan kebangkitan Yesus merupakan kebangkitan untuk berbuat baik. Sebab siapa yang mati bersama Yesus dalam pembaptisan akan bangkit pula seperti Yesus beroleh tubuh mulia. Untuk itu, umat kristiani haruslah hidup menurut teladan Yesus Kristus

Berikut kisah kebangkitan Yesus Kristus yang dikutip dari Injil Lukas 24:1-12.

Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.

Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.

Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."

Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu. Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria
ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul.

Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.

Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu.
Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia
pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi.

Kisah kebangkitan Yesus mengejutkan para murid. Mereka baru sadar bahwa perkataan Yesus selama ini adalah perkataan serius, perkataan hidup dan bukan perkataan main-main. Petrus cepat-cepat pergi ke kubur. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia hanya melihat kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya apa kiranya telah terjadi.

Kita yang percaya pada wafat dan kebangkitan Kristus memberi kita harapan dan kegembiraan setelah kematian. Untu itu, dituntut mati terhadap dosa, dan bangkit untuk berbuat baik. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, March 29, 2013

Jalan, Kebenaran dan Hidup

Umat Kristiani seluruh dunia memperingati wafatnya Yesus Kristus pada Jumat Agung. Mereka percaya Yesus Kristus merupakan utusan dan Anak Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka agar manusia beroleh hidup dari kasih karunia Allah, yaitu kebahagiaan surgawi.

Namun kasih karunia Allah itu ditolak oleh orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi tidak percaya akan sosok Yesus Kristus sebagai Mesias dan Penyelamat yang diutus Allah, meskipun sudah banyak karya Yesus sebagai bukti bahwa Ia adalah utusan Allah, dan bahwa Yesus ada di dalam Bapa-Nya. Malahan mereka menuduh Yesus menghujat Allah, akhirnya. Yesus di sidang dan diadili lalu diputuskan harus menghadapi hukuman mati dengan cara disalibkan.


Berikut kisah Yesus yang disalibkan yang dikutip dari Yohanes 18:1 - 19:42.

Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.

Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus
sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.

Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan
dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.

Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan
jatuh ke tanah.

Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus
dari Nazaret." Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."

Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya:
"Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa."

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus.

Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus
minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"

Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa."

Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana
Imam Besar, tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk.

Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah
engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!"

Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah
memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.

Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan
tentang ajaran-Nya. Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang
Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah
mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."

Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?"

Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu.

Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?" Ia menyangkalnya, katanya: "Bukan." Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?"

Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam. Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu,
supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.

Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"

Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami
tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"

Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut
hukum Tauratmu."

Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."

Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya
untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil
Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?"

Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau
adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"

Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan
imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?"

Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari
dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus:
"Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."

Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" (18 #38b) Sesudah
mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.

Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi
bagimu?"

Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas
adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
19:2 Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa
Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."

Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"

Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia,
berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada
mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan
apapun pada-Nya."

Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.

Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."

Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang
Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke
luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos,
dalam bahasa Ibrani Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"

Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab
imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"

Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia
disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.

Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.

Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah
Raja orang Yahudi." Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian  —  dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.

Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita
membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah
yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di
antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria,
isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di
sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!". Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak
saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Ia  —  supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci  — :
"Aku haus!" Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah
selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat
itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib  —  sebab Sabat itu adalah hari
yang besar  —  maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.

Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang
pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini
dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia
yang telah mereka tikam."

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea  —  ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi  —  meminta kepada
Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus
meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.

Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu,
kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan
membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.

Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman
itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.

Setelah kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus, banyak orang Yahudi percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan Penyelamat dunia dan menjadi saksi atas kebenaran tentang Yesus.

Petrus dan para murid serta semua orang yang percaya mewartakan kebenaran Yesus ke seluruh dunia hingga sekarang. Yesus Kristus adalah Mesias. Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Amin

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, March 28, 2013

Teladan Kepemimpinan yang Melayani

Teladan kepemimpinan di tengah masyarakat amat sulit ditemukan. Salah satu bentuk teladan tersebut adalah memperhatikan kebutuhan yang dipimpinnya. Tugas utamanya sebagai pemimpin adalah melayani orang banyak, bukan malah orang banyak melayani.

Ketiadaan teladan pelayanan tersebut kerapkali mendorong kehilangan kepercayaan kepada pimpinan. Jalan yang ditempuh adalah jalan pintas, jalan menerabas untuk memenuhi kebutuhannya, yang kadang melanggar aturan dan etika publik.

Dalam kekristenan, teladan kepemimpinan mengacu kepada teladan pelayanan Yesus. Yesus datang ke dunia untuk melayani, bukan untuk dilayani. Ia menghadirkan kepemimpinan Kerajaan Allah yang melayani banyak orang, bahkan sampai menyerahkan nyawaNya jadi korban.

Salah satu teladan yang diberikan Yesus adalah membasuh kaki para muridNya. Kata Yesus, "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu, Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yoh 13:13-14)

Kepemimpinan sejati adalah melayani bukan dilayani. Kepemimpinan itu harus ditampilkan dengan teladan atau contoh konkrit. Kepemimpinan Yesus juga bukan dengan tangan besi, tetapi dengan tangan kelembutan, alias cinta kasih. Kepemimpinan Teladan kepemimpinan Yesus amat berharga dan patut diteladani para pemimpin masyarakat.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, March 26, 2013

Perjamuan Makan Bersama yang Penuh Makna

Tradisi makan bersama dapat ditemukan baik dalam budaya tradisional maupun budaya modern. Bahkan acara makan bersama merupakan puncak acara dalam adat tertentu. Demikian juga acara ulang tahun dalam keluarga, kalau tidak ada acara makan bersama pesta kurang seru alias belum sempurna.

Acara makan bersama merupakan tanda ungkapan kebersamaan, persatuan dan persaudaraan di antara anggota keluarga atau adat. Pada saat sedang makan, orang-orang bisa saling sharing pengalaman, bahkan ada yang neg-gosip. Namun di saat sedang makan bersama, seseorang pimpinan atau kepala keluarga bisa 'curhat' atau menyampaikan informasi atau wejangan penting.

Demikian juga dalam Tradsisi Yahudi, ada makan bersama. Yesus bersama para murid mengadakan perjamuan bersama. Pada saat makan bersama tersebut, Yesus menyampaikan informasi bahwa akan ada salah seorang dari anara kedua belas rasul itu yang akan menyerahkanNya kepada 'musuh'-Nya

Berikut kisahnya: "Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?"

Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku."

Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."

Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?"

Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."

Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya." (Bdk.Mat 26:14-25),

Malam perjamuan tersebut menjadi momen penting kebersamaan antara Yesus dan kedua belas rasul. Pada momen itu juga, Yesus memberitahu bahwa SAAT-NYA akan tiba. Yesus akan disalibkan. Reaksi para murid sedih.

Pengkhianatan Yudas Iskariot merupakan bagian dari perjalanan salib Yesus. Bisa dikatakan, inilah rencana Allah bagi karya keselamatan manusia melalui pengorbanan putera-Nya Yesus Kristus. Hal ini terungkap jelas pada perjamuan makan bersama menjelang peristiwa wafat, bangkit dan naiknya Yesus Kristus ke surga. Perjamuan Makan Bersama yang penuh makna. Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rapuhnya Janji Kesetiaan kita

Kerapkali kita berjanji akan setia kepada istri seumur hidup, namun karena godaan yang menggiurkan itu dan iman yang lemah, kesetiaan itu kita langgar. Banyak pernikahan hancur karena kenikmatan selingkuh.

Di lain kesempatan, dalam persahabatan dengan orang lain, kita berjanji akan mengingat dan mendoakan mereka, namun kerapkali juga kita lupa akan janji kita. Kita lebih sering dikalahkan oleh kepentingan sesaat, sehingga persahabatan kita terlalaikan. Dalam politik, persahabatan itu kalah, yang ada adalah kepentingan kekuasaan yang abadi

Petrus juga merupakan seorang yang berjanji setia kepada Yesus, bahkan rela memberikan nyawanya. Namun dalam perjalanan waktu, karena egonya, ia menyangkal Yesus yang disalibkan oleh orang-orang Yahudi.

Berikut kisah janji Petrus kepada Yesus. Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."

Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu
siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.
Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!"

Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya:
"Tuhan, siapakah itu?"

Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti,
sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.

Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus
berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."

Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu
mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.

Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia
dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.

Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?"
Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku
sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku."

Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!"
38 Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Bdk. Yohanes 13:21-33,36-38)

Namun keegoisan Petrus itu akhirnya diampuni Yesus. Petrus menyesal dan bertobat. Kelak Petrus dipilih jadi pemimpin bagi domba-domba Yesus Kristus, orang yang mengikuti Yesus.

Apakah kita berani setia kepada janji kita dalam pernikahan, dalam persahabatan, dan terlebih kesetiaan kepada iman kita? Waktu akan membuktikannya. Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, March 24, 2013

Banyak Orang Yahudi Percaya kepada Yesus

Kisah Yesus dari Injil merupakan kisah iman dan mengandung perspektif historis. Sampai sekarang banyak orang percaya kepada-Ny karena kebenaran kerajaan Allah dan historisitas-Nya.

Kalau ada orang mengatakan bahwa Injil telah banyak diubah, boleh-boleh saja berpendapat demikian. Sekiranya, di Injil pun tidak ada Kisah Yesus, Sang Putera Allah, masih ada kesaksian Santo Paulus, Santo Petrus, Kisah Para Rasul dan lain sebagainya.

Menjelang kisah sengsara dan wafat-Nya, atau enam hari sebelum Paskah, Yesus pergi ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan dari mati. Di situ ada suata perjamuan diadakan untuk Dia. Lazarus juga turut makan dengan Yesus.

Mendengar Yesus ada di Betania, orang-orang Yahudi dan imam-imam bermufakat untuk membunuh Yesus, termasuk membunuh Lazarus. Karena Yesus dan karya-Nya, banya orang Yahudi meninggalkan imam-imam kepala dan percaya kepada Yesus.

Inilah kisahnya: " Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"

Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.

Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus." (Bdk. Yoh 12:1-11)

Percaya kepada Yesus dan pewartaan-Nya serta kisah historisitasnya adalah merupakan pilihan bebas bagi siapa saja yang membuka hatinya. Saya percaya kepada Yesus, karena kesaksian iman para muridNya dan kisah historisitas-Nya. Ajaran-Nya adalah cinta kasih kepada Tuhan yang terwujud dalam kasih kepada sesama.
AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, March 21, 2013

Perbuatan Baik yang Berdaya Pikat

Perbuatan baik yang kita lakukan bisa dipandang positif maupun negatif yang mengakibatkan image diri kita juga bisa positif maupun negatif.

Ketika bencana tsunami Aceh tahun 2004 lalu, banyak orang berbondong-bondong memberikan bantuan kepada korban bencana, lintas agama dan lintas suku, golongan dan kelompok. Namun ada kelompok tertentu, langsung mencurigai dan mencap negatif perbuatan baik itu. Perbuatan baik itu dilihat sebagai upaya kristenisasi.

Namun ada juga sebagian orang melihat positif. Sebab perbuatan baik itu adalah masalah kemanusiaan yang semakin baik.

Yesus datang ke dunia untuk melakukan perbuatan baik yang berasal dari BapaNya dengan misi untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Namun perbuatan baik Yesus itu dilihat dan dicurigai oleh orang Yahudi sebagai penghujatan Allah dan penyamaan diri dengan Allah. Bahkan Yesus, hendak dilempari dan ditangkap. Lalu Yesus pergi menyingkir dari mereka.

Yesus pergi ke seberang sungai Yordan, dan di sana Ia melakukan perbuatan baik kepada orang-orang di sana. Melalui kesaksian Yohanes yang pernah membaptis Yesus di tempat itu, orang-orang datang dan percaya kepadaNya.

Kisah Yesus itu terdapat dalamYohanes 10:31-42; sebagaimana berikut ini:

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?"

Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah  —  sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan  — , masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."

Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ.

Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.

Melakukan perbuatan baik perlu keberanian dan ketulusan hati tanpa peduli apa kata orang. Kalau ada penolakan, perbuatan baik itu bisa diberikan kepada orang lain yang membutuhkan.

Agar perbuatan baik kita memiliki daya pikat dan powerful, maka kita perlu belajar dari cara hidup dan pelayanan Yesus ketika mengerjakan perbuatan baik. Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani demi kemuliaan Allah. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak Memuliakan Diri

Manusia kerapkali melakukan sesuatu karena ingin menonjolkan diri, memuliakan diri. Ketika ia memberi sumbangan sosial, ia meminta ditulis lengkap nama dan gelar. Setelah itu, ia hendak menguasai dan mengendalikan mereka yang disumbangnya.

Berbeda dengan Yesus, Ia melaksanakan kebaikan kepada umat manusia supaya Allah dimuliakan. Ketika mengajarkan doa Bapa Kami, salah satu kalimatnya adala: ...dimuliakanlah namaMu.

Dalam Injil Yohanes juga dikatakan, jika Ia memuliakan namaNya sendiri, itu tidak memiliki arti.
"... Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku,... (Yoh 8:51-19)

Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita pun di ajak untuk bekerja dan melayani demi kemuliaan Allah, demi Kerajaan Allah, segala yang lainnya, akan diberikan sendiri oleh Allah. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, March 20, 2013

Menjadi Murid Sejati

Seorang murid pergi ke sekolah tentu bertujuan agar merdeka alias berubah dari kebodohan menjadi pintar, dari ketidaktahuan menjadi tahu.

Demikian juga seorang murid beladiri dalam mempelajari beladiri dari pelatih/guru. Murid belajar dari guru, melihat, mendengar, melaksanakan semua yang disampaikan guru demi memperoleh pembebasan dari tidak mampu beladiri, menjadi mampu.

Suatu kali peristiwa, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (bdk Yoh 8:31-32)

Maka berangkat dari sabda Yesus, jika kita beralih dari firman-Nya, kita benar-benar bukan murid-Nya, dan kita tidak akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu tidak memerdekaan kita.

Maka menjadi penting soal KEMURIDAN dalam relasi kita dengan Yesus. Menjadi murid Yesus, adalah sikap taat, patuh, disiplin, dalam mempelajari Firman Sang Guru. Sebab Yesus, Sang Guru, adalah Jalan Kebenaran dan Kehidupan bagi murid-muridNya. Sabda itu adalah Allah yang menjelma menjadi daging dalam diri Yesus Kristus.

Sudah tentu, bila kita sebagai murid tidak belajar lagi dari Yesus maka kita akan menjauh dari Jalan, Kebenaran dan Kehidupan. Yang ada adalah kesesatan, ketidakbenaran, dan kematian.

"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, March 18, 2013

Ketulusan Hati

Memberi dengan tulus akan membawa kebahagiaan baik bagi si penerima maupun is pemberi. Sebaliknya, pemberian dengan berat hati membawa ketidakenakan di hati.

Demikianlah, jika bekerja dan melayani entah dalam keluarga, kantor dan masyarakat sekitar, akan membawa kepuasan dan kebahagiaan tersendiri serta hasil pelayanan yang optimal. Namun jika tidak tulus, pelayanan kita tidak optimal, dan dilakukan dengan berat hati.

Ketulusan hati adalah kelurusan hati, kesucian hati, tanpa motif apapun, hanya demi sesuatu yang lebih tinggi, antara lain demi kemuliaan Tuhan dan demi kebahagiaan semua orang.

Ketlusan ini dapat kita jumpai dalam diri Yusuf, suami Maria. Maria sudah mengandung Yesus dari Roh Kudus, padahal mereka belum melakukan hubungan jasmani.

Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam." (Bdk. Mat 1:19). Yusuf mulai bingung dan gelisah, namun Tuhan melalui caranya memberitahu Yusuf bahwa anak itu adalah Yesus, Penyelamat manusia. Yusuf pun menjadi tenang, dan memimpin keluarganya, Maria dan Yesus. Ia mendidik Yesus sampai besar.

Buah dari keutulusannya adalah karya keselamatan Allah tetap berjalan, umat manusia bersorak-sorai karena Sang Penyelamat Manusia telah lahir ke dunia.

Apakah kita sudah tulus hati sebagai ibu atau ayah dalam keluarga? Apakah kita sudah bekerja dengan tulus? Lebih jauh, apakah kita sudah memberikan dan mempersembahkan hidup kita dengan tulus untuk kemuliaan Allah? Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, March 17, 2013

Barangsiapa Tidak Berdosa, Hendaklah Ia Melemparkan Batu kepada Perempuan itu!

Kita kerapkali pertama-tama melihat kesalahan orang lain. Kesalahan itu kerap kita nilai jadi cap negatif atas keseluruhan diri dan hidup mereka. Cap negatif itu menutupi semua perbuatan baik yang pernah dilakukan mereka.
Untuk itu, kita juga perlu instrospeksi diri, agar kita tidak langsung menilai orang hanya dari suatu kesalahan saja.
Hal ini Yesus peringatkan kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat.
Suatu hari "Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan."
Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."(Bdk. Yoh 8:1-11)
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Inilah kata-kata Yesus yang langsung mengena dan memperingatkan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua.
Apakah kita sudah melihat sikap dan perbuatan kita sebelum mencap orang lain negatif dan jelek? Apakah kita sudah memperbaiki diri lebih dulu sebelum memperbaiki diri orang lain? Perbaikan diri dan pertobatan harus dimulai dari diri, keluarga kita, baru kemudian orang lain. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®







Pergilah, dan Jangan Berbuat Dosa Lagi

Tidak jarang, kita memandang rendah orang miskin-tersingkir, sakit-cacat, kecil-lemah. Terkadang jijik melihat pengemis dan sakit di pinggir jalan. Mereka sering dikejar-kejar petugas, menjadi korban penipuan orang lain, dan harus berjuang untuk hidup.
Lebih parah lagi, apabila mereka ini tertangkap basah mencuri, atau melanggar hukum, pasti hukumannya lebih berat dibanding dengan hukuman para koruptor kelas kakap.
Namun berbeda dengan sikap Yesus, terhadap seorang perempuan yang ketahuan berbuat zinah. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi berpendapat bahwa perempuan tersebut harus dilempari batu.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa perempuan berzinah itu kepada Yesus, untuk menguji "kemampuan" Yesus sekaligus untuk menjebakNya agar jatuh pada suatu kesalahan yaitu melanggar hukum Taurat.
Suatu kali Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang
kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang
perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan
jari-Nya di tanah.
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit
berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua.
Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, dimanakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Bdk. Yohanes 8:1-11)
Yesus tidak memandang rendah orang kecil-lemah, miskin-tersingkir dan sakit-cacat, seperti si permempuan zinah tersebut. Yesus juga tidak melanggar hukum Taurat yang ditampilkan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi.
Yesus tetap menghormati pribadi manusia, hukum Taurat dan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus tidak terjebak jatuh pada perangkap pelanggaran hukum.
Lebih jauh, Yesus juga tidak melawan kehendak BapaNya untuk menyelamatkan semua orang. Semua orang dipanggil untuk diselamatkan Allah, dengan syarat manusia harus menanggapi panggilanNya. Kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
AMIN.
Powered by Telkomsel BlackBerry®











Saturday, March 16, 2013

Berani Membela yang Benar

Membela yang benar dan mengatakan yang salah tidak gampang, apalagi kalau hal itu menyangkut kepentingan penguasa maupun pengusaha. Penguasa dan penguasa dengan segala sumberdayanya bisa membalikkan fakta, yang benar jadi salah, yang salah jadi benar.
Demikian pula yang terjadi kepada Nikodemus dan yang lain yang membela Yesus.
Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan
perkataan-perkataan Yesus, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan
datang." Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata:
"Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal."
Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada
seorangpun yang berani menyentuh-Nya.
Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang
Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?"
Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!"
Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga
disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah
mereka!"
Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya,
berkata kepada mereka: "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan
sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?"
Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya, (Bdk. Yohanes 7:40-53)
Membela dan mengatakan yang benar harus memiliki keberanian menanggung resiko dan dengan jiwa yang besar bersaksi tentang yang benar dengan segala argumen yang sesuai fakta. Apakah kita berani mengatakan kebenaran dalam berhadapan dengan penguasa dan pengusaha? Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®






Thursday, March 14, 2013

Beriman itu Tidak Gampang

Ketika eksistensi dan keyakinan kita dilecehkan atau dihina orang lain, di saat itulah muncul ekspresi marah. Kita akan sangat marah bila ternyata harapan kita tidak sesuai dengan keyakinan kita.
Hal yang sama terjadi pada orang Yahudi, ketika Yesus memberi kesaksian bahwa Ia diutus BapaNya. . Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap
tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk
membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau
bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya."
Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal
dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
Orang-orang Yahudi berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba. (Bdk.Yohanes 7:1-2,10,25-30)
Melihat kesaksianNya, Yesus yang berasal dari Nasaret, anak tukang kayu adalah Kristus, Penyelamat yang diutus ke tengah dunia. Karena asal dan statusnya sederhana, terlebih lagi, Ia mengaku diutus Allah, menambah kemarahan orang Yahudi. Kristus yang diyakini mereka bukan seperti Yesus anak tukang kayu dari Nasaret. Maka, orang Yahudi berencana membunuh Yesus di saat waktunya tiba.
Berkata bahwa Yesus adalah Penyelamatku, itu gampang. Namun, berkata bahwa Yesus adalah Penyelamatku, Guru, Jalan, Hidup dan Kebenaran secara meyakinkan dan penuh daya kekuatan di dalam diri kita, itu tidak gampang. Untuk itu, relasi personal dan pengalaman akan Allah perlu dibangun dan dimohonkan kepadaNya, agar iman kita benar berdaya dahsyat di dalam perbuatan baik kita. AMIN

Powered by Telkomsel BlackBerry®




Wednesday, March 13, 2013

Datanglah kepada Yesus, maka Kamu Hidup!

Dalam etika birokrasi, setiap bawahan harus datang kepada atasannya baik untuk berkonsultasi maupun melaporkan hasil pekerjaan. Atasan juga memberi masukan, bawahan melaksanakan pekerjaan dengan baik, agar pelayanan kantor berjalan dengan baik, para pegawai juga semakin hidup.

Analogi demikian mungkin bisa menggambarkan relasi kita yang lebih mesra dengan Yesus Kristus sebagai Utusan Allah atau Putera Bapa. Bedanya dengan relasi atasan bawahan pada birokrasi adalah soal punishment dan reward. Dalam relasi dengan Yesus, meskipun manusia tidak setia, Ia tetap setia untuk menyelamatkan umat manusia.

Pertanyaan mendasar bagi semua orang yang mengaku beriman kepada Yesus, apakah kita selalu datang kepada-Nya untuk berkonsultasi sebelum bertugas setiap hari, dan lalu bersyukur atas hidup serta melaporkan karya kehidupan kita. Dan memohon ampun atas kekurangan kita sepanjang hari?

Secara jujur, jawaban kita atas pertanyaan tersebut tentu belum sepenuhnya bisa melaksanakannya. Sebab, meskipun kita tahu tentang jati diri Yesus dari berbagai sumber, antara lain Kitab Suci, namun kita belum datang kepadaNya untuk menimba kekuatan hidup, malahan kita lebih mengandalkan kekuatan sendiri.

Hal ini ditegaskan Yesus kepada orang Yahudi di jamanNya, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. (Bdk. Yoh 5:39-40)

Supaya kita memperoleh kekuatan dalam hidup dan hidup yang kekal, maka marilah kita datang kepada Yesus Kristus, membangun relasi dan memohon pengalaman akan Allah. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, March 12, 2013

Yesus Sama seperti Bapa-Nya

Seorang anak paling tidak belajar banyak hal dari ayah atau ibunya. Anak bisa melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Tak jarang ayah sendiri akan mendidik dan mengajarkan banyak hal, antara lain cara hidup, cara bekerja dan adat-istiadat.
Demikian juga halnya dengan Yesus sebagai anak Allah. Yesus sendiri memberi kesaksian tentang pekerjaan dan "pelajaran" yang diajarkan BapaNya.
Inilaah keskasian Yesus tentang diriNya dan BapaNya: (1) "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka
Akupun bekerja juga."
(2)"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak,
(3) Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran.
(4) Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan
menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang
dikehendaki-Nya.
(5) Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,
(6) Supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka meng-hormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
(6) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
(7) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.
(8) Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.
(9) Penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. (Bdk. Yohanes 5:17-30)
Kesaksian ini menunjukkan siapa Yesus yang sebenarNya. Yesus adalah HAKIM yang adil atas orang hidup dan orang mati. Yang lebih hebat lagi, seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan Yesus mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.
Sudahkah anda benar-benar PERCAYA kepada YESUS dan kepada Yang mengutusNya? AMIN.

Powered by Telkomsel BlackBerry®











Berani Melawan Arus

Seorang pemuda rela meninggalkan adat yang kurang relevan dengan zamannya. Ia tidak mau melakukan pesta adat pernikahan yang memboroskan banyak uang, sementara ekonominya pas-pasan. Ia berpendapat bahwa cukuplah pernikahan disahkan secara agama di hadapan Tuhan.
Adat orang tua pada suku tertentu mengharuskan anaknya melakukan pesta adat pernikahan setelah melaksanakan acara pemberkatan perkawinan. Hal itu harus dilakukan meskipun harus berhutang kemana-mana. Kalau tidak diadati, maka anak itu akan dipandang kurang beradat.
Yang menjadi pikiran penting adalah keberanian melawan "arus" demi suatu alasan dan masa depan yang lebih baik, meskipun akan menghadapi resiko yang tidak kecil.
Suatu terobosan melawan kebiasaan adat Yahudi, juga dilakukan oleh Yesus demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain.
Dalam bacaan Injil Yohanes 5:1-3a,5-16; diceritakan bahwa sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta.
Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu,
bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah
engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku
menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."
Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya
dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat.
Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu:
"Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu."
Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.
Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."
Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa
Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia
melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Yang menarik dan penting direfleksikan adalah Sikap dan keberanian Yesus melawan adat kebiasaan Yahudi demi keselamatan dan meninggikan martabat manusia. Sikap dan terobosan Yesus patut diteladani oleh semuan orang yang percaya padaNya, asalkan demi keselamatan dan kebahagiaan sesama. AMIN

Powered by Telkomsel BlackBerry®








Sunday, March 10, 2013

Bukan Percaya Membabi Buta

Kita tidak gampang percaya dengan orang lain. Kita butuh sesuatu bukti atau pengenalan akan seseorang maka kita berani percaya.
Ada satu kisah perwira yang percaya kepada Yesus. Di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.
Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang."Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. (Bdk. Yoh 4:43-54)
Perwira itu percaya kepada Yesus karena ia mengenal Yesus meskipun tidak secara langsung melainkan lewat informasi orang lain.
Pertama-tama yang ia lakukan adalah mengetahui Yesus lewat informasi/berita dari orang lain. Kedua, ia mengalami masalah bahwa anaknya sakit. Ketiga, ia datang menghadap dan meminta pertolongan kepada Yesus. Keempat, mendengarkan Sabda Yesus dan percaya. Kelima, keluarganya ikut percaya karena kesaksian si perwira itu.
Untuk percaya, kita perlu mengenal Yesus dengan hati terbuka dalam Kitab Suci. Kita butuh informasi tentang siapa dan apa yang dilakukan Yesus. Lalu kalau kita sudah benar-benar percaya pada Yesus, kita akan melaksanakan perintahNya, dan hidup kita akan penuh rahmat berkelimpahan. Hidup penuh rahmat itu, harus kita bagikan kepada sesama agar mereka juga percaya kepada Yesus, yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Ini perkara gampang-gampang sulit, namun hati yang terbuka melahirkan iman. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®




Saturday, March 09, 2013

Ayah Yang Luar Biasa

Dalam hidup sehari-hari, seorang ayah akan bangga bila anaknya berperilaku baik dan sukses dalam pekerjaan. Ia bangga karena berhasil mendidiknya dengan baik.
Sebaliknya, seorang ayah akan marah bila anaknya gagal, jauh ke dalam dunia pesta pora, mabuk-mabuka, main perempuan, meskipun ia sudah berusaha mendidiknya dengan baik.
Mungkin kalau hanya marah, masih lebih baik. Seorang ayah biasanya lebih dari marah, ia bisa bertindak mengusir anak itu, dan tidak mengakui anak itu sebagai anaknya. Logis, karena anak itu sudah mempermalukan keluarga, menyia-nyiakan harta dan perjuangan ayahnya.
Namun ada kisah seorang ayah yang amat berbeda dari kehidupan kita sehari-hari. Seorang ayah menerima dan menyambut anak yang telah menyimpang dari didikannya. Malahan ia merayakan kembalinya anak yang sudah menghabiskan harta orang tua itu.
Ketika anak itu kembali dan mulai mendekati rumah ayahnya, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan
terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita
makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. (Bdk. Luk 15:21-24)
Sungguh ayah yang luar biasa. Gambaran ayah yang demikian, diceritakan Yesus untuk menunjukkan sikap dan kasih Allah kepada manusia yang bertobat. Allah menghendaki umat manusia yang berbuat dosa, kembali ke jalan yang benar, jalan kehidupan, jalan kebahagiaan, jalan sukacita: jalan cinta kasih.
Bagi mereka yang iri atau tidak bisa menerima dengan sikap ayah yang luar biasa tersebut, camkan kata-kata ayah dalam perumpamaan Yesus itu, "Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Jika kita pernah hilang dan kembali ke jalan yang benar, maka akan ada sukacita besar dalam hidup kita dan sesama. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®







Friday, March 08, 2013

Pemungut Cukai "Dipuji" Yesus

Orang sombong selalu memandang dan merasa diri lebih tinggi dibandingkan yang lain. Ketika berbicara di depan orang banyak, ia akan melihat dirinya lebih tahu banyak hal atau menonjolkan perhiasan yang dikenakannya. Ketika berdoa kepada Tuhan, ia pasti akan meninggikan dirinya di hadapan Tuhan dengan membandingkan dirinya sebagai orang yang lebih baik dalam segala hal dibandingkan orang lain.

Iya, perilaku orang sombong seperti itu, sudah ada sejak manusia ada di dunia ini, termasuk pada jaman Yesus. Yesus sendiri menceriterakan kisah orang sombong melalui perumpamaan demikian:

"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala
penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." (Bdk. Luk 18:10-13)

Mari kita coba merenungkan hidup kita sehari-hari: apakah kita sombong bila lebih kaya, lebih pintar, lebih hebat? Apakah kita merendahkan orang lain bila kita lebih tampan, lebih cantik atau lebih sehat?

Tidak pantaslah kita menyombongkan diri, karena semua milik kita, termasuk nafas hidup kita berasal dari Tuhan, yang harus kita gunakan untuk kebahagiaan, kebaikan dan kemajuan sesama kita. Kesombongan malahan akan menjatuhkan harga diri kita. "Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan".

Kehadiran orang yang rendah hati lebih bersahabat dan menyejukkan ketika kita hendak melihat diri, sesama, lingkungan alam dan bahkan Tuhan Pencipta. AMIN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, March 07, 2013

Memutilasi Kasih

Pada awal Maret 2013, masyarakat kita dikejutkan dengan peristiwa mutilasi tubuh manusia. Seoran laki-laki, bernama Benget Situmorang(35) pedagang soto bersama Tini, yang diduga sebagai istri simpanannya bekerja sama memutilasi tubuh istrinya, Darna Sri Astuti, menjadi kurang lebih lima potong dengan alasan cemburu di kawasan Ciracas Jakarta Timur. Untuk menghilangkan jejak dan rupa istrinya, potongan tubuh istrinya itu di buang di tol Cikampek menuju Bekasi di pagi hari dengan menggunakan mobil angkot. Kejadian itu sempat tidak terlacak polisi, namun karena ada orang melihat potongan yang ditaruh di plastik tersebut jatuh atau dibuang di jalan. Orang itu mengira barang jatuh, dan mengingatkan sopir angkot. Awalnya tidak curiga, namun setelah mendengar berita di media massa, akhirnya saksi mata melaporkan peristiwa tersebut ke kepolisian Jakarta Timur.

Dari peristiwa itu, kita melihat bahwa ia telah membunuh sesama manusia, merendahkan martabatnya sendiri, membangun budaya kematian, dan membangkitkan amarah kemanusiaan kita. Ia melawan Allah dan mengambil hak Allah.

Jelas sekali, perbuatan Pembunuh tersebut sangat berlawanan dengan logika akalbudi dan hukum universal, yaitu hukum CINTA KASIH SAYANG.

Hukum kasih adalah kasih kepada Allah yang terwujud dalam kasih kepada sesama. Kasih kepada sesama ada bila terlebih dulu ada kasih kepada diri sendiri. Diri sendiri adalah sama dengan manusia yang lain, yang membutuhkan kasih.

Dalam Injil dikatakan: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. ." (Bdk. Luk 12: 30-31).

Apakah kita sudah mengasihi diri kita, sesama manusia dan Allah? Kasih kepada diri kita, akan menjadi kasih kepada sesama. Kasih pada diri dan sesama merupakan perwujudan kasih kepada Allah. Amin (pormadi)
Powered by Telkomsel BlackBerry®