Saya mengutip pernyataan Ir. Ciputra, seorang pengusaha dan wirausahawan, demikian, “Seorang wirausahawan adalah seorang yang mampu mengubah sampah menjadi emas”. Artinya membuat sesuatu yang tidak berarti lagi bagi sebagian orang menjadi sesuatu yang berharga dan bernilai tambah untuk dijual.
Pernyataan Pak Ciputra tadi berangkat dari keprihatinan mendalam atas bangsa Indonesia yang belum memiliki banyak pengusaha dan wirausahawan. Masyarakat Indonesia banyak menjadi pengangguran karena mentalitas dan jiwa usaha masih rendah.
Pada tahun 2008 lalu, ada lowongan CPNS 950 orang untuk direbut oleh pencari kerja sebanyak 39.622 orang pencari kerja. Sungguh tragis. Kebanyakan orang Indonesia masih lebih memilih menjadi PNS dibandingkan menjadi pekerja lain di luar PNS. Bahkan ladang dan sawah rela dijual demi menjadi PNS.
Mentalitas harus diubah
Bisa dimaklumi keadaan demikian, selama penjajahan 350 tahun, 12-14 generasi bangsa Indonesia hidup tanpa ada pendidikan wirausaha. Jiwa berwirausaha itu masih rendah hingga pada jaman sekarang ini, dan di tempat ini.
Sudah saatnya kita harus mengubah mental dan paradigma berpikir orang Indonesia yang cenderung mencari pekerjaan dengan menjadi PNS. Pekerjaan menjadi PNS bukanlah satu-satunya pekerjaan yang menjanjikan, masih banyak lagi pekerjaan yang menjanjikan seperti menjadi pedagang, petani dan yang tidak kalah menantangnya adalah menjadi pengusaha atau wirausahawan.
Barangkali ada yang bertanya, apakah dengan berlatar belakang bukan pendidikan usaha atau wirausaha, seseorang bisa menjadi pengusaha atau pekerja di luar PNS? Saya menjawab, BISA! Hal ini sudah terbukti dari pengalaman sejarah. Orang yang berasal dari desa terpencil dan seorang yang miskin, banyak berhasil di daerah perantauaan. Mereka bisa sukses menjadi pengusaha hanya dengan modal daya juang, kerja keras, mau kerja apa saja, daya inovasi dan daya saing yang tinggi.
Berjuang dan Tinggal Dalam Pokok Anggur
Sekali lagi saya katakan, alumnus Sekolah apapaun yang tidak terkait dengan bidang ekonomi dan bidang usaha bisa menjadi pengusaha atau wirausahawan. Kita semua adalah orang beriman. Kita semua adalah murid Yesus Kristus. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan kita Yesus Kristus. Yesus meneguhkan kita, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku” (Yoh 15:4)
Bagi kita pengikut Kristus, Yesus adalah Pokok Anggur yang benar dan Bapa di surga adalah Pengusahanya (bdk. Yoh 15:1). Kita semua adalah ranting-ranting dari pokok anggur, dan Bapa di surga adalah manajer atau pengelolanya.
Berangkat dari penderitaan
Ir. Ciputra adalah seorang pengikut Kristus. Titik balik ia menjadi pengusaha dan wirausaha adalah waktu ayahnya meninggal ketika ia berusia 14 tahun yang menyebabkan ia mengambil alih kehidupan dan tanggung jawab ekonomi atas keluarganya. Berbagai pekerjaan dilakoninya demi menjadi tulang punggung keluarga. Sampai dewasa ia tidak pernah mengecap pendidikan wirausaha, ia hanya pernah menimba ilmu arsitektur di ITB Bandung. Berkat kerja keras dan perjuangannya, ia menjadi pengusaha properti dan konsultan dimana-mana.
Saya yakin, Ir. Ciputra dapat menjalani perjuangan dan penderitaan hidup dengan sabar dan disiplin, karena ia tinggal di dalam Pokok Anggur, di dalam Yesus Kristus sehingga ia berbuah banyak.
Berbuah Banyak
Sekarang Ir.Ciputra hendak membagikan buah-buah yang ia hasilkan kepada bangsa Indonesia. Ia bercita-cita hendak mewujudkan Indonesia Makmur dalam 25 tahun mendatang dengan menciptakan insan-insan pengusaha sebanyak mungkin di Indonesia lewat Citra Foundation yang didirikannya. Di sanalah orang-orang diajarkan bagaimana mengubah kotoran menjadi emas.
Peluang menjadi insan wirausaha atau pengusaha dewasa ini semakin luas seiring dengan berkembangnya alat teknologi informasi dan era industri kreatif sekarang. Yang dibutuhkan adalah kemauan, daya juang, kerja keras, inovasi, dan daya juang tinggi.
Ada satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa mengubah mentalitas dan paradigma berpikir kita menuju manusia unggul, dibutuhkan adanya kemauan, keberanian, usaha dan disiplin yang tinggi yang disertai dengan kesetiaan untuk tinggal di dalam Pokok Anggur yang benar. Jika demikian, kita akan bisa mengubah sampah menjadi emas!