Memberi dengan tulus akan membawa kebahagiaan baik bagi si penerima maupun is pemberi. Sebaliknya, pemberian dengan berat hati membawa ketidakenakan di hati.
Demikianlah, jika bekerja dan melayani entah dalam keluarga, kantor dan masyarakat sekitar, akan membawa kepuasan dan kebahagiaan tersendiri serta hasil pelayanan yang optimal. Namun jika tidak tulus, pelayanan kita tidak optimal, dan dilakukan dengan berat hati.
Ketulusan hati adalah kelurusan hati, kesucian hati, tanpa motif apapun, hanya demi sesuatu yang lebih tinggi, antara lain demi kemuliaan Tuhan dan demi kebahagiaan semua orang.
Ketlusan ini dapat kita jumpai dalam diri Yusuf, suami Maria. Maria sudah mengandung Yesus dari Roh Kudus, padahal mereka belum melakukan hubungan jasmani.
Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam." (Bdk. Mat 1:19). Yusuf mulai bingung dan gelisah, namun Tuhan melalui caranya memberitahu Yusuf bahwa anak itu adalah Yesus, Penyelamat manusia. Yusuf pun menjadi tenang, dan memimpin keluarganya, Maria dan Yesus. Ia mendidik Yesus sampai besar.
Buah dari keutulusannya adalah karya keselamatan Allah tetap berjalan, umat manusia bersorak-sorai karena Sang Penyelamat Manusia telah lahir ke dunia.
Apakah kita sudah tulus hati sebagai ibu atau ayah dalam keluarga? Apakah kita sudah bekerja dengan tulus? Lebih jauh, apakah kita sudah memberikan dan mempersembahkan hidup kita dengan tulus untuk kemuliaan Allah? Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®
No comments:
Post a Comment